1.
Keterampilan
berbahasa : Berbicara
Linguis berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada
kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa
tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah
barang tentu berhubungan erat dengan
perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak; melalui kegiatan menyimak
dan membaca. Kebelum-matangan dalam perkembangan bahasa juga merupakan
suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan
berbahasa. Perlu kita sadari juga bahwa keterampilan-keterampilan yang
diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif banyak
persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi
efektif; dalam keterampilan-keterampilan berbahasa yang lainnya itu. (Green
& Petty, 1971 : 39-40)
Untuk memperoleh gambaran yang
lebih jelas, berikut ini akan kita tinjau secara lebih terperinci hubungan
antara :
a. Berbicara dan
menyimak
b. Berbicara dan
membaca
c. Ekspresi lisan
dan ekspresi tulis.
1.Hubungan
antara Berbicara Dan Menyimak
Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi
dua arah yang langsung serta merupakan komunikasi tatap muka atau face
to face communication .
Hal-hal yang dapat
memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dan menyimak, adalah sebagai
berikut:
a. Ujaran
(speech ) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi). Oleh
karena itu, contoh atau model yang disimak atau direkam oleh sang anak sangat
penting dalam penguasaan kecakapan berbicara.
b. Kata-kata yang
akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh
perangsang (stimulus ) yang mereka temui (misalnya kehidupan desa/kota)
dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam
menyampaikan ide-ide atau gagasan mereka.
c. Ujaran sang
anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempat hidupnya. Misalnya,
ucapan, intonasi, kosa kata, penggunaan
kata-kata, dan pola-pola kalimat.
d. Anak yang
lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan
rumit ketimbang kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.
e. Meningkatkan
keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbiara seseorang.
f. Bunyi atau suara merupakan faktor
penting dalam meningkatkan cara pemakaian
kata-kata sang anak. Oleh karena itu sang anak akan tertolong kalau
mereka menyimak ujaran-ujaran yang baik dari para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai
tinggi, dan lain-lain.
g. Berbicara
dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids ) akan menghasilkan
penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya, sang anak
mempergunakan/meniru bahasa yang didengarnya. (Tarigan, 1980 : 1-2)
2.Hubungan
antara Berbicara dan Membaca
Beberapa proyek penelitian telah
memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara perkembangan percakapan berbahasa lisan dan kesiapan
baca. Telaah-telaah tersebut memperlihatkan
bahwa kemampuan-kemampuan umum berbahasa lisan turut melengkapi suatu latar
belakang pengalaman-pengalaman yang menguntungkan serta
keterampilan-keterampilan tersebut mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosa
kata yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat
lengkap serta sempurna bila diperlukan,
perbedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta menelusuri
perkembangan urutan suatu cerita, atau menghubungkan kejadian-kejadian dalam
urutan yang wajar serta logis.
Hubungan-hubungan antara bidang
kegiatan lisan dan membaca telah dapat diketahui dari beberapa telaah
penelitian, antara lain:
a. Performansi
atau penampilan membaca berbeda sekali dengan percakapan berbahasa lisan.
b. Pola-pola
ujaran yang tuna-aksara mungkin mengganggu pelajaran membaca bagi anak-anak.
c. Kalau pada
tahun-tahun awal sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca,
maka membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan
bahasa lisan mereka; misalnya: kesadaran linguistik mereka terhadap
istilah-istilah baru, struktur kalimat yang baik dan efektif, serta penggunaan
kata-kata yang tepat.
d. Kosa kata
khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Seandainya muncul
kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, maka
sang guru hendaknya mendiskusikannya dengan siswa agar mereka memahami maknanya
sebelum mereka mulai membacanya.
3.Hubugan
antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis
Wajar bila komunikasi lisan dan
komunikasi tulis erat sekali berhubungan karena keduanya mempunyai banyak persamaan, antara lain:
a. Sang anak belajar
berbicara jauh sebelum dia dapat menulis. Kosa kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang
memberi ciri kepada ujarannya merupakan
dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.
b. Sang anak yang
telah dapat menulis dengan lancar biasanya dapat pula menuliskan
pengalaman-pengalaman pertamanya secara tepat tanpa diskusi lisan pendahuluan
tetapi dia masih perlu membicarakan ide-ide yang rumit yang diperolehnya dari tangan kedua.
Bila seorang anak harus menulis suatu uraian, menjelaskan suatu proses ataupun
melaporkan suatu kejadian sejarah (yang
secara pribadi belum pernah dialaminya), maka dia memetik pelajaran dari
suatu diskusi kelompok pendahuluan. Dengan
demikian dia dapat mempercerah pikirannya, mengisi kekosongan-kekosongan,
memperbaiki impresi atau kesan-kesan yang salah, serta mengatur ide-idenya
sebelum dia mulai menulis seuatu.
c.
Perbedaan-perbedaan terdapat pula antara komunikasi lisan dan komunikasi tulis. Ekspresi lisan
cenderung ke arah kurang berstruktur, lebih
sering berubah-ubah, tidak tetap, dan biasanya lebih kacau serta membingungkan
ketimbang komunikasi tulis.
2.
Faktor
pendukung keterampilan berbicara
menurut kami,
faktor pendudkung keterampilan berbicara adalah sebagai berikut :
a. Faktor kebahasaan
a. Faktor kebahasaan
1. Ketepatan ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa
secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian
pendengar.
2.Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai
Kesesuaian
tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam
berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang
dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi
yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika
penyampaian datar saja, dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan
keefektifan berbicara tentu berkurang.
3. Pilihan kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat,
jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh
pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan akan lebih
paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah kata-kata yang sudah dikenal oleh
pendengar.
Diksi adalah kemampuan pembicara
atau penulis dalam memilih kata-kata untuk menyusunnya menjadi rangkaian kalimat
yang sesuai dengan keselarasan dari segi konteks.
4. Ketepatan sasaran
pembicaraan
Hal ini menyangkut pemakaian
kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar
menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar
pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Kalimat efektif
memiliki ciri utuh, berpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan.
Keefektifan berbicara tidak hanya
didukung oleh faktor kebahasaan seperti yang sudah diuraikan di atas, tetapi
juga ditentukan oleh faktor nonkebahasaan.
b. Faktor nonkebahasaan
1. Sikap pembicara, seorang pembicara dituntut memiliki sikap positif ketika
berbicara maupun menunjukkan otoritas dan integritas pribadinya, tenang dan
bersemangat dalam berbicara.
2. Pandangan mata, seorang pembicara dituntut mampu mengarahkan pandangan
matanya kepada semua yang hadir agar para pendengar merasa terlihat dalam
pembicaraan. Pembicara harus menghindari pandangan mata yang tidak kondusif,
misalnya melihat ke atas, ke samping, atau menunduk.
3. Keterbukaan, seorang pembicara dituntut memiliki sikap terbuka, jujur dalam
mengemukakan pendapat, pikiran, perasaan, atau gagasannya dan bersedia menerima
kritikan dan mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru atau tidak
dilandasi argumentasi yang kuat.
4. Gerak-gerik dan mimik yang tepat, seorang pembicara dituntut mampu
mengoptimalkan penggunaan gerak-gerik anggota tubuh dan ekspresi wajah untuk
mendukung penyampaian gagasan. Untuk itu perlu dihindari penggunaan gerak-gerik
yang tidak ajeg, berlebihan, dan bertentangan dengan makna kata yang digunakan.
5. Kenyaringan suara, seorang pembicara dituntut mampu memproduksi suara yang
nyaring sesuai dengan tempat, situasi, jumlah pendengar, dan kondisi akustik. Kenyaringan
yang terlalu tinggi akan menimbulkan rasa gerah dan berisik sedangkan
kenyaringan yang terlalu rendah akan menimbulkan kesan melempem, lesu dan tanpa
gairah.
6. Kelancaran, seorang pembicara dituntut mampu menyampaikan gagasannya dengan
lancar. Kelancaran berbicara akan mempermudah pendengar menangkap keutuhan isi
paparan yang disampaikan. Untuk itu perlu menghindari bunyi-bunyi penyela
seperti em, ee, dll. Kelancaran tidak berarti pembicara harus berbicara dengan
cepat sehingga membuat pendengar sulit memahami apa yang diuraikannya.
7. Penguasaan topik, seorang pembicara dituntut menguasai topik yang
dibicarakan. Kunci untuk menguasai topik adalah persiapan yang matang,
penguasaan materi yang baik, dan meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri.
dan Penalaran, seorang pembicara dituntut mampu menunjukkan penalaran yang baik
dalam menata gagasannya sehingga pendengar akan mudah memahami dan menyimpulkan
apa yang disampaikannya.
3. Faktor penghambat keterampilan berbicara
Menurut kami,
faktor pendudkung keterampilan berbicara adalah sebagai berikut :
a. Terlalu banyak pengulangan kata
b. Tempo bicara yang cepat
c. Teknik yang buruk
d. Mengkopi pembicaraan orang lain
e. Tidak jelas (artikulasi, relevan suku
kata)
f. Terlalu banyak ee, eu, a, euh, ya...
g. Tekanan yang salah atu buruk pada
kata-kata
4. Teknik Berbicara Untuk Kegiatan
Praktis
a. Singkat padat dan jelas dalam berbicara
b. Mengambil poin-poin penting dalam
topik atau materi pembicaraan
c. Segala sesuatu yang diperlukan dalam
keterampilan berbiacara sudah dipersiapkan sebaik-baiknya
d. Benar-benar sudah menguasai topik
pembicaraan
e. Durasi atau waktu yang digunakan
tidak terlalu lama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar